Allah SWT: Mengapa Kita Sering Melupakan Allah SWT?
Tak ada cinta sepenuh hati yang pantas kita berikan kepada selain Allah Swt. karena Dia adalah cinta sejati kita. Cinta kepada Allah Swt. adalah cinta yang tidak mungkin memberikan rasa sakit, luka, dan air mata. Justru sebaliknya, cinta yang membawa kebahagiaan hakiki.
Ketika manusia melupakan Allah Swt, Dzat yang menciptakannya, maka yang terjadi adalah kekosongan jiwa. Bisa jadi kita bahagia namun tetap saja kebahagiaan yang kita rasakan tidak akan sempurna bila kita tidak dekat dengan-Nya.
Allah Swt sebagai Tempat Muara Semua Hati
Masih di antara kita yang suka lupa dengan kebesaran Allah Swt. Seorang wanita muda merasa begitu kecewa setelah ditipu oleh kekasih hatinya. Padahal dia sudah memberikan segalanya.
Seorang suami bahkan rela berbuat korupsi demi membuat istrinya bahagia secara materi. Seorang anak tega berbuat curang hanya karena ingin mendapatkan nilai yang bagus di sekolahnya. Seorang istri tega berselingkuh karena menganggap sang suami sudah tak bisa lagi memenuhi kewajibannya sebagai suami.
Hal-hal seperti itu terjadi ketika seorang hamba tak lagi mengenal Tuhannya Allah Swt. Dan beberapa hal yang membuat seorang hamba lupa dengan Allah Swt di antaranya adalah sebagai berikut.
Sombong, Membuat Lupa pada Allah Swt
Allah Swt., sangat membenci makhluk-Nya yang sombong. Sifat sombong telah menyebabkan diusirnya Iblis dari Surga. Ketika Allah Swt menyuruh semua makhluk-Nya untuk bersujud kepada Adam, semua menuruti perintah Allah Swt. Hanya iblis yang tidak mau patuh. Iblis merasa dia lebih mulia daripada Adam. Iblis terbuat dari api sedangkan Adam hanya berasal dari tanah.
Sungguh, sikap sombong tersebut lah yang membuat iblis jauh dari Allah Swt dan terusir dari surga. Sudah jelas bahwa sikap sombong membuat makhluk jauh dari sang pencipta Allah Swt. Padahal tak ada hal apa pun yang bisa untuk disombongkan karena semuanya bukan milik manusia atau makhluk mana pun di muka bumi ini.
Kecantikan, kekayaan, kecerdasan, kekuasaan, dan ketampanan semua akan sirna. Semua itu juga pemberian Allah. Maka, masih pantaskah seorang makhluk bersikap sombong menyombongkan sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya.
Munafik, Menjauhkan Diri dari Allah Swt
Sikap munafik juga akan menjauhkan kita dari Allah Swt. Bagaimana mungkin kita berkata suka dengan A padahal hati kita benci dengan A. Sesungguhnya sikap munafik sama saja dengan membohongi diri sendiri. Dan bila kita sebagai manusia saja tidak suka dibohongi bagaimana dengan Sang Pencipta kita yaitu Allah Swt?
Hanya dengan alasan tidak mau disebut orang munafik kemudian kita bisa berbicara sesuka hati. Tentu saja tidak. Rasulullah sendiri bahkan telah menyuruh umatnya untuk berbicara yang baik, “berbicaralah yang baik atau diam!”.
Sesungguhnya, kita diperintahkan untuk berucap yang sebaik-baiknya yang tentu saja ucapan baik tersebut sesuai dengan hati kita, dan bukan sebaliknya. Selebihnya hanya Allah Swt lah yang paling tahu akan makhluk-Nya.
Riya, Menjauhkan Diri dari Allah Swt
Riya, seperti bunga yang merah menyala di tengah padang gurun, menghiasi hati kita dengan kebanggaan atas kebaikan yang kita lakukan.
Namun, hati-hati! Sikap ini bisa menjadi jebakan. Seperti embun yang terperangkap di benang laba-laba, riya bisa menyamar sebagai kebanggaan, padahal sebenarnya ia adalah saudara kembar sombong.
Allah Swt, sang Pencipta alam semesta, tidak pernah berbuat riya. Dunia ini, dengan segala keindahannya, adalah bukti cinta-Nya yang tak pernah memerlukan pujian dari makhluk-Nya.
Nabi Muhammad, manusia pilihan yang membawa cahaya bagi seluruh umat, tak pernah terjerat dalam jaring riya. Jadi, mari kita renungkan: Apakah kebaikan kita tulus, atau hanya sekadar riya yang menyamar?
Mengingat Allah Swt Setiap Saat
Rahasia terbesar agar kita terbebas dari “siksaan” berupa nafsu duniawi yang bisa membutakan mata hati kita adalah dengan mencintai Allah Swt sepenuhnya. Kita begitu mudah menyerahkan segalanya tanpa berpikir panjang kepada orang yang kita cintai, padahal belum tentu orang tersebut selamanya membuat kita senang.
Namun, banyak di antara kita yang begitu sulit menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah Swt, padahal kita bisa hidup seperti sekarang ini dan menikmati segala macam fasilitas yang kebanyakan gratis adalah karena Allah Swt.
Hal sederhana yang terasa sangat mudah diucapkan namun begitu susah untuk dilakukan adalah menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Secara matematis mungkin terlihat sangat simpel. Ya, hanya terdiri dari dua variabel untuk patuh kepada Allah Swt.
Namun dalam prakteknya kita akan menemui banyak variabel yang bisa membelokkan jalan kita untuk mendapatkan ridho-Nya.
Bila kita mencintai seseorang, kita akan mengingatnya setiap saat. Makan teringat orang yang kita sukai. Belajar, bekerja, tidur, dan bahkan sedang marah, apapun, semua kegiatan yang kita lakukan selalu ada “dia” di dalam pikiran kita.
Mengingat Orang yang Kita Cintai dan Sang Pencipta:
Dalam setiap detak jantung, kita menyimpan kenangan tentang orang-orang yang kita cintai. Seperti bunga yang mekar di kebun hati, perasaan kita semakin kuat kepadanya. Namun, jangan lupakan Sang Pencipta, Allah Swt. Ketika kita mengingatNya setiap saat, perasaan kita juga semakin kuat kepada-Nya.
Ketika perasaan kita begitu kuat kepada Allah Swt, kita tidak akan pernah takut akan apa pun selain kepada-Nya. Seperti pohon yang akarnya menggenggam bumi, kita teguh berdiri dalam keyakinan bahwa Allah adalah tempat kita bersandar.
Terhindar dari Dua Sikap: Rendah Diri dan Tinggi Hati
Mengingat Allah Swt setiap saat membawa kita pada kesadaran bahwa kita semua sama di mata-Nya. Ketika berhadapan dengan seseorang yang lebih tinggi, kita tidak akan minder.Mengapa? Karena kita yakin bahwa di hadapan Allah semua makhluk adalah sama.
Pun ketika berjumpa dengan orang yang tampak biasa-biasa saja, kita tidak akan merasa lebih tinggi. Kita selalu yakin di atas langit masih ada langit. Sikap ini membantu kita terhindar dari ekstremisme dan kesombongan.
Ketenangan Hati dan Kesuksesan Sejati
Materi bukan segalanya. Sukses tanpa ketenangan hati hanya seperti angin yang berlalu. Mengapa banyak artis terkenal yang mati bunuh diri? Mengapa banyak pasangan yang bercerai meski mapan secara ekonomi? Dan mengapa banyak orang kaya yang terjerat korupsi?
Kesuksesan sejati adalah ketenangan hati. Mengingat Allah Swt sebagai pintu masuk kebahagiaan dunia akhirat. Kita adalah kapal yang berlayar di lautan kehidupan, dan Allah adalah bintang yang membimbing kita.
Jadi, mari terus mengingat-Nya, karena di dalam-Nya terdapat kedamaian sejati.
Kita bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa karena semuanya adalah ciptaan Allah Swt dan akan kembali pada-Nya.
Mengingat Allah Swt akan membuat hati tidak goyah ketika dihadapkan dengan banyak pilihan, tidak kecewa ketika kenyataan tak sesuai harapan, tidak takut ketika badai datang menghadang, dan tidak terlalu senang ketika kegembiraan datang. Masih beranikah kita lupa pada Allah Swt?
Posting Komentar untuk " Allah SWT: Mengapa Kita Sering Melupakan Allah SWT?"