Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Islam: Kisah Nabi Ibrahim As

Kisah Nabi Ibrahim As
Image by Ancient Journeys on flickr

Cerita para Nabi merupakan suatu kisah yang penuh dengan nilai-nilai kearifan dan kebajikan yang harus diteladani. Melalui kisah-kisah tersebut dihadirkan suatu masalah melalui konflik-konflik yang ada di dalamnya beserta solusinya.

Adalah kisah Nabi Ibrahim As merupakan salah satu kisah para Nabi dan Rasul Allah yang patut untuk kita ketahui dan kita pahami.

Kisah mengenai keberanian dalam membela kebenaran, keikhlasan, dan kesabaran semua tertuang dalam kisah Nabi Ibrahim As.

Kisah-kisah tersebut menjadi sangat menarik ketika dikemas dan diceritakan kembali melalui bahasa yang lugas. Jadi selain memiliki isi yang berbobot juga memiliki keindahan.

Nabi Ibrahim dilahirkan di tengah-tengah kekuasaan Babilonia yang dipimpin oleh seorang raja zalim penyembah berhala bernama Namrud bin Kan’aan.

Sebelum Nabi Ibrahim lahir, Namrud mendapatkan pertanda bahwa di negerinya akan lahir seorang bayi yang nantinya akan membawa agama baru yang hanya menyembah satu tuhan.

Selain itu bayi tersebut jugalah yang nantinya akan mengantarkan Namrud ke liang lahatnya. Namrud pun mengutus prajuritnya agar membunuh setiap bayi yang lahir.

Sehingga ketika Nabi Ibrahim akan dilahirkan, ibunya pergi ke gua. Di gua inilah lahir seorang bayi yang kelak dikenal sebagai Nabi Ibrahim As. Setelah proses kelahiran, bayi itu ditinggalkan oleh ibunya setelah mengisi mulut bayi tersebut dengan batu-batu kecil.

Seminggu kemudian, Ibu dan Ayah Ibrahim kembali ke gua, mereka berdua sangat terkejut ketika melihat sang bayi masih hidup. Dari jari-jari bayi tersebut keluar air susu yang putih, dan dengan cara menghisap jari-jarinya tersebut bayi itu makan dan mampu bertahan hidup.

Ketika menginjak remaja, Ibrahim diperintahkan ayahnya untuk berkeliling kota menjajakan patung buah tangan dari ayahnya. Iman dan tauhid telah dilimpahkan kepada Ibrahim.

Sehingga patung-patung yang ia jajakan pun tidak dianggapnya sebagai sesuatu yang dikeramatkan atau sakral, walaupun semua orang menganggapnya sebagai tuhan.

Suatu hari Ibrahim mulai melakukan perjalanan spiritualnya untuk mencari Tuhan yang sebenarnya. Pada masa itu agama yang dianut adalah politeisme yang menganut aliran paganisme.

Ketika semua orang menyembah bintang, bulan dan matahari, Ibrahim mulai bertanya apakah itu benar-benar Tuhan? Namun ketika menyadari bahwa bulan dan bintang lenyap di siang hari, dan matahari lenyap di malam hari, ia menyimpulkan bahwa itu bukan Tuhan. Tuhan tidak akan pernah lenyap.

Ketika Ibrahim sudah yakin keberadaan Allah dan mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril, beliau mulai berdakwah. Beliau memulai dakwahnya dari orang-orang terdekat, yakni keluarganya.

Namun ketika Ibrahim meminta ayahnya untuk ikut dalam agamanya, beliau malah mendapatkan murka dan diusir dari rumah. Namun demikian, Nabi Ibrahim As tetap memanjatkan doa kepada Allah Swt agar ayahnya mendapatkan pintu hidayah.

Setelah itu Nabi Ibrahim mulai berdakwah kepada penduduk yang pada saat itu masih menganut paganisme, namun para penduduk menolak keras ajaran Ibrahim dan masih kukuh dengan agama nenek moyangnya tersebut.

Pada suatu saat ketika hari raya (hari yang dianggap keramat) tiba, para penduduk kota berbondong-bondong meninggalkan kota untuk berkemah di tengah padang.

Hal ini merupakan adat yang dilakukan penduduk kerajaan Babilonia saat itu. Ibrahim pada saat itu menolak ikut dengan alasan sakit. Ketika kota sudah kosong tanpa penduduk, Ibrahim pergi mendatangi tempat-tempat peribadatan dimana patung-patung besar berdiri gagah.

Dengan sebilah kapak Ibrahim mulai menghancurkan patung-patung tersebut menjadi terpotong-potong. Pada sebuah patung yang besar di kalungkanlah kapak Ibrahim dan patung tersebut dibiarkan utuh.

Ketika penduduk kembali ke kota, mereka semua tercengang melihat patung-patung yang hancur berserakan. Berbagai pertanyaan dan dugaan muncul. Akhirnya semua kecurigaan dan dugaan mengarah pada Ibrahim.

Para penduduk yang dibakar amarah menuntut agar Ibrahim diadili di muka umum. Raja Namrud pun bertanya kepadanya “Katakan siapa yang menghancurkan patung-patung tersebut?”.

Dengan tenang Ibrahim menjawab “Kenapa tidak kau tanyakan pada patung yang berkalung kapak tersebut?” Namrud semakin geram “Patung itu kan tidak bisa bicara.”

Akhirnya Ibrahim sampai pada saat yang dia inginkan “Jika memang demikian, mengapa kau tetap menyembah patung-patung itu? Patung-patung itu tidak bisa bicara, mendengar maupun melihat.

Bahkan patung itu tidak bisa membela maupun menyelamatkan diri ketika kapak-kapak menghancurkannya. Sungguh kau yang menyembah patung-patung itu adalah orang yang hina dina.”

Raja Namrud yang marah kemudian memerintahkan prajuritnya untuk membakar Nabi Ibrahim As hidup-hidup. Kayu pembakaran yang bertumpuk-tumpuk dan tanah lapang yang luas telah disediakan.

Kisah Nabi Ibrahim As
Image by yandi rusyandi on flickr

 Api mulai dikobarkan, kayu yang kering perlahan-lahan menjadi merah termakan api. Ketika hendak dilemparkan dalam gunung api yang menyala merah, Ibrahim tetap terlihat tenang.

Beliau percaya dan yakin bahwa Allah akan selalu melindunginya. Kisah Nabi Ibrahim As berlanjut, ketika dilempar ke dalam gunung api tersebut, tubuhnya tetap utuh. Api-api tersebut tidak mampu membakarnya, hanya tali-tali pengikat di sekujur tubuhnya lah yang terbakar.

Inilah mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim. Melihat kejadian tersebut semua orang tercengang dan sedikit demi sedikit para penduduk mulai masuk agama Ibrahim, yakni agama Islam.
Meneladani Keteguhan, Kesabaran dan Keikhlasan Nabi Ibrahim As

Dari cerita mengenai kisah tentang Nabi Ibrahim As. tersebut dapat dilihat bagaimana keteguhan Nabi Ibrahim yang begitu kuat untuk memotong tali kebodohan dan kezaliman.

Agama politeisme yang dianut seluruh penduduk negeri di wilayah Mesopotamia berusaha dia gantikan dengan ajaran Islam. Walaupun taruhannya adalah nyawa, Nabi Ibrahim As. tetap tidak pernah gentar.

Keteguhan Nabi Ibrahim As. dalam membela kebenaran sangat perlu untuk diteladani apalagi pada zaman sekarang, ketika hal-hal yang buruk menjadi “legal” dan yang baik dianggap sebagai “illegal”.

Sosok seperti Nabi Ibrahim As. sangat dibutuhkan di Indonesia saat ini, untuk menyembuhkan penyakit korup dari pejabat-pejabat yang suka mengerat harta warga.

Selain itu keikhlasan Nabi Ibrahim As. ketika akan dibakar juga patut diteladani. Keikhlasan ini dalam istilah Jawa disebut nrimo ing pandum, yakni menerima segala takdir yang diberikan Allah.

Namun bukan menerima segala apa yang ada tanpa usaha. Menerima segala takdir yang diberikan Allah setelah usaha sekuat tenaga, setelah segala kemampuan sebagai manusia sudah dikerahkan barulah menyerah/menerima segala takdir yang diberikan (tawakal).

Mengenai keikhlasan ini juga muncul dalam kisah tentang Nabi Ibrahim As. ketika mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail As. yang pada saat itu mulai tumbuh sebagai pemuda yang gagah perkasa harus disembelih oleh Nabi Ibrahim As. atas perintah Allah.

Nabi Ibrahim As. sadar bahwa segala apa yang ada di dunia hanyalah titipan Allah SWT, termasuk keluarga, istri dan anak-anaknya. Kecintaannya kepada anaknya yang merupakan titipan Allah tidak bisa mengalahkan kecintaannya kepada Allah SWT. Akhirnya Nabi Ibrahim As. pun menyembelih Nabi Ismail As.

Namun ketika Nabi Ibrahim As. sudah hendak menyembelih Nabi Ismail As., tiba-tiba pisau itu menjadi tumpul dan tidak bisa digunakan untuk menyembelih. Lalu Allah SWT mengganti Nabi Ismail As. dengan seekor kambing.

Peristiwa ini akhirnya selalu dirayakan umat muslim setiap tahun dan terkenal dengan sebutan Hari Raya Idul Adha atau Qurban. Yakni kisah Nabi Ibrahim As. dengan ikhlas dan penuh kesabaran mampu melewati ujian dari Allah, walaupun harus mengorbankan anaknya sendiri, yakni Nabi Ismail As.

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk " Sejarah Islam: Kisah Nabi Ibrahim As"