Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meneladani Tipe Kepemimpinan Rasulullah Saw

 

sumber gambar pixabay

Banyak sudah tipe kepemimpinan dari para pemimpin dunia yang telah kita saksikan perjalanan hidupnya. Apakah pemimpin tersebut tergolong : Rasul, wali, presiden atau raja, tetapi ada yang lebih menarik dari tipe kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW

Satu diantara mereka yang telah melampaui kepemimpinannya dengan sukses, malah dengan kepemimpinan beliau tercatat dalam sejarah.  Melihat hasil yang telah dicapainya membuat kagum bagi yang mendengarnya maka sangatlah pantas Muhammad disebut sebagai pemimpin lain daripada yang lain.
 
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah Muhammad SAW dalam tipe kepemimpinan beliau? Mengapa hal tersebut perlu diutarakan? Ya, karena hanya dengan mengenal sifat-sifat itulah kita dapat memahami kepribadiannya yang mulia dan agung itu. 

Berdasarkan kesepakatan yang dibuat para ahli, sifat-sifat yang dimiliki Muhammad SAW, ada empat yaitu : 

  1. Shiddiq
  2. Amanah
  3. Tabligh
  4. Fathonah 

Keempat sifat inilah yang membentuk tipe kepemimpinan Muhammad dengan berhasil, bahkan kepemimpinannya terpilih sebagai teladan yang belum ada duanya, hingga disebutkan dalam Al-Quran “ sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. “ ( QS. Al-Ahzab 21).

Apa itu Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah?

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa keteladanan Rasulullah dibentuk berdasarkan sifat-sifat yang empat yaitu :

1. Shiddiq

Shiddiq dalam pengertian sehari-hari benar. Menurut kaidah setiap yang benar itu pasti jujur tetapi tidak setiap yang jujur itu benar. Kebenaran dan kejujuran yang dimiliki Nabi Muhammad SAW sangat berbeda dengan kebenaran dan kejujuran yang dimiliki manusia lainnya. 

Nabi Muhammad apabila memiliki janji dengan para sahabatnya senantiasa ditepati, dan Nabi tidak pernah memutar fakta kebenaran menjadi salah. Demikian sebaliknya Nabi Muhammad tidak pernah menjadikan salah menjadi benar.

Apapun yang dikatakan Nabi Muhammad merupakan apa adanya sesuai dengan kebenaran yang Allah berikan kepadanya. 

Hal inilah yang membuat Nabi Muhammad senantiasa diikuti segala perintahnya dan larangannya. Ucapannya menjadi penerang kehidupan, tingkah lakunya menjadi suri tauladan bagi kehidupan umatnya.

 2. Amanah

Amanah dalam pengertian kita sehari-hari adalah “ terpercaya “. Untuk mencapai derajat atau sebutan terpercaya memang sangatlah tidak gampang. 

Hubungan kita sebagai suami istri kadang-kadang banyak terbentur memperoleh hubungan harmonis karena kurangnya sifat saling percaya. Istri sering bertanya kepada suaminya kenapa pulang terlambat, kemana uang lembur dan lain-lain pertanyaan yang dilontarkan sang istri. 

Hal ini menjadi pertanda bahwa sang istri kurang percaya terhadap suaminya, dan begitu juga sebaliknya pertanyaan suami terhadap istrinya kemana tadi meninggalkan rumah dan lain-lain. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pun menunjukkan bahwa ada ketidakpercayaan suami terhadap istrinya.

Rasulullah dalam berumah tangga tidak pernah mendapat teguran istrinya yang bernada kecurigaan. Demikian pula Rasulullah yang tidak pernah menaruh kecurigaan terhadap istrinya kecuali sekali peristiwa yang berkaitan dengan fitnah “ aisyah dan pemuda shofwan”

Kenyataan ini adalah karena Nabi Muhammad adalah orang yang terpercaya. Predikat orang yang terpercaya telah dipegangnya semenjak beliau masih remaja dikala beliau diberi mandat untuk meletakkan hajar aswad oleh para pembesar – pembesar Quraisy.

Meskipun Muhammad telah diberi mandat sepenuhnya, namun beliau tidak meninggalkan asas-asas hidup masyarakatnya. Sehingga dipanggil lah pembesar-pembesar quraisy itu untuk bersama-sama melakukannya pada bangunan tua buatan Nabi Ibrahim yaitu “ kabah”

Usaha demikian itu ternyata memperoleh sambutan di kalangan pembesar-pembesar mereka. Atas jasa itulah Rasulullah Muhammad dianugerahi predikat “ al-amin” yaitu orang yang terpercaya. Jiwa amanah pada Nabi Muhammad terpupuk subur , terus berkembang sampai beliau menjadi utusan Allah.

 3. Tabligh

Menurut bahasa kata tabligh memiliki arti menyampaikan. Sebagai Rasulullah, Muhammad senantiasa menyampaikan apa yang diperintah Allah SWT dan yang dilarangNya. Perintah secara garis besarnya dikenal dengan sebutan “ amar ma’ruf nahi mungkar “

Selama kurun waktu 23 tahun Rasulullah Saw berdakwah tentang hal tersebut dimulai dari keluarganya, kerabatnya dan masyarakat di sekelilingnya.

Dengan tabligh inilah masyarakat tersinari kebenaran ajaran ilahi yang pada akhirnya umat terselamatkan “ min dzulumati ila nur” dari kesesatan kepada kebenaran. 

Perintah berdakwah ini disebutkan dalam Al-Quran : “ Serulah (semua manusia) kepada jalan Allah ( TuhanMu) dengan hikmah kebijaksanaan dan pengajaran yang baik dan bertukar pikiran dengan mereka itu dengan cara yang terbaik “ ( QS. An-Nahl 125 )

4.  Fathonah

Fathonah artinya cerdik. Seorang yang cerdik pastilah pintar tetapi tidak setiap yang pintar itu cerdik. Rasulullah Muhammad SAW terkenal dengan cerdiknya, kecerdikan beliau mengejawantahkan dalam setiap pergaulan yang menunjukan nilai-nilai adaptasi yang luwes, hal tersebut yang memperoleh simpati terhadap Nabi Muhammad yang luar biasa. 

Satu contoh : di kala Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, masyarakat Madinah sudah melakukan shalat. Meskipun shalat yang mereka lakukan menghadap baitul maqdis.

Nabi sendiri telah menerima perintah itu dua tahun sebelumnya, perintah shalat yang diterima berbeda prakteknya dengan shalat penduduk Madinah, sebab Nabi diperintah shalat bukan menghadap baitul maqdis, akan tetapi menghadap Baitullah.

Nabi dengan penuh keramahan bertanya kepada mereka, bolehkah saya ikut shalat bersama kalian? Mereka menjawab boleh.

Dengan cara itulah pertama Nabi menyatu bersama mereka. Tidak mentang-mentang Muhammad sebagai Rasulullah lantas menyuruh masyarakat seenak kehendaknya. Akan tetapi Nabi menggunakan tata krama pergaulan yang sangat mengagumkan. 

Keadaan ini berlangsung sangat lama kurang lebih dari dua tahun, tepatnya satu tahun delapan bulan, di sebuah masjid kecil  “masjid qiblatain”, Nabi mengajak dan memberitahu bahwa shalat yang diperintah Allah adalah menghadap baitullah.

Ajakan Nabi tersebut dikukuhkan sebagai berikut :
    “Sesungguhnya kami (sering) melihat mukamu  menengadah ke langit , maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai, palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya, dan sesungguhnya orang-orang yahudi dan nasrani yang diberi al-kitab (taurat dan injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari tuhannya dan Allah tidak sekali-kali lengah apa yang mereka kerjakan “. ( QS. Al-Baqarah : 144 ).

Terhitung dari turunnya ayat ini maka seluruh penduduk Madinah shalatnya menghadap “ Masjidil Haram” atau Baitullah. 

Perintah inipun bagi Nabi tidak sukar diterapkan, karena antara Nabi dengan masyarakat benar-benar telah menyatu sehingga apa yang dilakukan Nabi dirasakan mereka sebagai amaliyah yang patut diikuti dan dilaksanakan.
 
Sungguh betapa indahnya jika seorang pemimpin berperilaku seperti apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. 

Dengan kejujurannya, amanahnya, kebenarannya dan menyampaikannya, maka cahaya kebenaran yang akan selalu terpancar dari seorang pemimpin. 

Mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah bagaimana tipe kepemimpinan dari apa yang telah Nabi Muhammad contohkan untuk keselamatan umatnya.

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk "Meneladani Tipe Kepemimpinan Rasulullah Saw"