Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meneladani Wasiat Nasehat Ulama: Imam Syafi'i

 

makam imam syafi'i, sumber wikimedia commons

Ulama merupakan orang yang memiliki kefasihan dalam hal agama, selain itu dia adalah pemimpin dan pemuka dalam hal keagamaan. 

Namun, ada juga yang bilang bahwa ulama merupakan penerus para nabi. Hal ini pun selaras dengan pernyataan dari Rasulullah Saw dalam haditsnya. Mereka adalah penerus dakwah yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
 
Ia ibarat cahaya di tengah-tengah umat, yang membimbing umat Islam dalam segala permasalahan yang ada. Tidak hanya dalam hal agama, tetapi juga masalah sosial kemasyarakatan karena seperti yang telah diketahui bahwa agama Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
 
Nasihat ulama menjadi suatu hal yang ditunggu-tunggu dan didambakan Ibarat lentera yang bercahaya memancarkan sinarnya sebagai penerang dalam gelap malam kehidupan. 

Beliau adalah Imam Syafi’i. Sebagian besar umat muslim sangat mengenal sosok Beliau, terutama umat muslim yang ada di Indonesia. Beliau adalah ulama besar pendiri mazhab Syafi’i. Beliau ini bisa diartikan sebagai ulama terdahulu.
 
Jadi, sejak dahulu kala hingga saat ini ulama terus saja ada dan semakin banyak jumlahnya. Kehadiran dan kontribusinya pun sangat dibutuhkan oleh umat. 

Setiap perkataannya mengandung hikmah yang patut diteladani serta dicontoh. Banyak hal yang akan didapat dengan merenungi dan mengambil hikmah-hikmah dari berbagai nasihat para ulama.

Sekelumit tentang Imam Syafi’i

Imam Syafi’i merupakan bagian dan keturunan suku Quraisy sekaligus keturunan jauh dari Nabi Muhammad Saw. Dia merupakan seorang anak yang dididik oleh ibu yang luar biasa, umur 9 tahun sudah hafal Alquran dengan lancar. 

Beliau adalah seorang yang sangat cerdas dan tidak mau berhenti belajar. Keingintahuannya sangat besar, hingga ia mempunyai banyak sekali guru bahkan jumlahnya sebanding dengan jumlah muridnya.
 
Beliau dilahirkan dengan nama Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i yang lahir di Gaza pada tahun 150 hijriah. 

Beliau adalah ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu, tetapi lebih spesifik ke dalam dua cabang ilmu, yakni ilmu hadis dan hukum. Kitab-kitab beliau pun sangat banyak jumlahnya, yang masyhur hingga saat ini.
 
Banyak pula kata-kata dari beliau yang dapat kita ambil hikmahnya. Nasihat ulama satu ini tentu akan menjadi salah satu cambuk dan penyemangat kita untuk melangkah di dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.

Wasiat Nasehat-Nasehat Ulama Syafi’i

Ketertarikan beliau terhadap ilmu sangatlah besar. Beliau mempunyai semangat belajar dan motivasi untuk terus belajar karena merasa ketika ia semakin dalam mendalami ilmu maka ia akan merasa bahwa ia semakin banyak yang tidak ia tahu. Nasihat ulama satu ini memang kebanyakan berbicara tentang ilmu.
 
Ada beberapa wasiat beliau, antara lain sebagai berikut:

1. Wasiat tentang Ahli Hadis

“Jika aku melihat seseorang yang ahli hadits, seakan-akan aku melihat seseorang dari golongan sahabat Nabi Saw. Mereka telah menjaga untuk kita keaslian sunnah Nabi Muhammad Saw, maka mereka berhak mendapat pujian dari kita. Dan fikih adalah tuannya ilmu, karena dengannya hadits dapat dipahami.”
 
Berdasarkan nasihat ulama yang satu ini dapat disimpulkan bagaimana pentingnya sebuah ilmu terutama ilmu hadits. Seorang yang ahli hadis adalah orang yang mulia serta berhak untuk mendapatkan sebuah sanjungan. 

Untuk itu, kita bisa melihat dan merasakan bahwa orang tersebut adalah sahabat yang seakan-akan benar-benar bertemu dengan Nabi Saw. dan menjaga keaslian sunnah. 

Nasihat ulama ini secara tidak langsung mengungkapkan bahwa pentingnya belajar tentang ilmu hadits dan keutamaan menjadi seorang ahli hadits.

2. Wasiat tentang Pentingnya Ahli Fikih

“Jangan sekali-kali kamu tinggal di suatu Negara atau tempat yang yang di sana tidak ada orang yang ahli dibidang fiqih sebagai tempat kamu untuk menanyakan masalah agama, dan juga tidak ada dokter yang dapat menjelaskan kondisi kesehatanmu.”
 
Nasihat ulama ini menggambarkan pentingnya kehadiran seorang ahli ilmu dalam suatu tempat atau negara. Bukan hanya dalam bidang ilmu fikih atau agama, tetapi juga bidang ilmu yang lain seperti dokter. 

Sebagai tempat untuk kita bertanya dan berobat. Bayangkan bagaimana jika seandainya dalam sebuah negara tidak ada orang yang ahli dalam bidang ilmu agama dan yang lainnya? Tentunya akan sangat sulit, bukan.

3. Wasiat tentang ilmu dan Seorang Kawan

“Satu hal yang dapat menyia-nyiakan orang berilmu dan yang dapat menghilangkan posisinya sebagai seorang ‘alim adalah ketika ia tidak mempunyai kawan.”
 
Berdasarkan hal tersebut ulama Syafi’I menegaskan tentang sebuah kesia-siaan dalam berkawan. Namun, yang patut digarisbawahi adalah bahwa hendaknya kita harus menjadi orang yang alim atau berilmu dan juga mempunyai seorang kawan yang juga berilmu, percuma saja jika memiliki kawan yang tidak berakal.

4. Wasiat tentang Kepandaian

“Kepandaian itu terletak dalam masalah agama, bukan terletak dalam masalah keturunan, kalau saja kepandaian itu diukur dalam masalah keturunan, maka tak ada seorang pun yang cakap seperti Fatimah putri Rasulullah saw. dan putri-putri beliau yang lain.”
 
Masalah kepandaian atau kepintaran sempat dilontarkan oleh Imam Syafi’i bahwa ia bukanlah sebuah keturunan. Keturunan tidak menjadi sebab utama dalam kepandaian, tetapi ada faktor-faktor yang lainnya. 

Karena jika memang keturunan menjadi faktor utama maka hanya putri-putri Rasulullah Saw. sajalah yang pandai. Nasihat ulama ini menegaskan bahwa kepandaian adalah lebih ke masalah agama bukan yang lain apalagi keturunan.

5. Wasiat tentang Orang Alim dan Orang Bersungguh-Sungguh

“Besarnya rasa takut itu sesuai dengan kapasitas ilmunya. Tiada seorangpun yang ia takuti kecuali kepada Allah Swt. Yang merasa aman akan marah Allah Swt, dialah si-jahil. Yang merasa takut akan marah Allah Swt, dialah si-arif.”
 
“Setiap orang yang berbicara dengan berlandaskan pada Alquran dan Hadis itulah orang- orang yang bersungguh-sungguh. Sementara orang yang berbicara dengan tanpa landasan dari keduanya itu adalah bualan saja.”
 
Pentingnya sebuah landasan dalam berbicara adalah dalam Alquran dan Hadits. Karena jika seseorang berbicara tanpa adanya sebuah landasan mereka hanyalah orang-orang yang membual. Berbeda dengan orang yang berbicara selalu dengan adanya landasan maka ia adalah orang yang bersungguh-sungguh.
 
Sungguh sangat berbeda sekali bukan antara orang yang satu dan yang lainnya. Dalam nasihat ulama ini beliau juga menegaskan bagaimana pentingnya sebuah ilmu, bagaimana perbedaan orang yang alim, jahil, dan arif.

6. Wasiat tentang Ulama

“Pesona para ulama adalah jiwa yang mulia dan sebagai penghias pengetahuan yang dimilikinya adalah wara’ (menjauhkan diri dari sesuatu yang belum jelas) dan berlaku bijak.”
 
“Kefakiran Ulama adalah ikhtiar (usaha) dan kefakiran orang-orang bodoh adalah goncangan jiwanya.”
 
“Hendaklah ada seorang bersama ahli fikih yang bodoh sehingga ia dapat memberi pelajaran kepadanya.”
 
“Tingkat tertinggi para ulama adalah ketakwaan, perhiasan mereka adalah akhlak mulia dan pesona mereka adalah jiwa yang agung.”

 
“Tiada aib dalam diri para ulama yang lebih buruk dari kesenangan mereka terhadap apa yang Allah Swt. perintahkan kepada mereka untuk berlaku zuhud terhadapnya.”
 
Dalam wasiat yang satu ini ada beberapa wasiat yang berbicara tentang ulama. Nasihat ulama ini menerangkan bagaimana dan apa ulama itu. Lebih jauh pandangan beliau tentang hakikat seorang ulama.

7. Wasiat Keharusan Berdzikir bagi Setiap Alim

“Suatu keharusan bagi setiap orang yang alim adalah zikir, dari setiap aktivitas yang dengannya akan terjalin komunikasi antara dirinya dengan Allah Swt.”
 
Menjadi orang alim adalah penting, tetapi ada yang lebih penting lagi menurut Imam Syafi’i ini, yaitu senantiasa menjalin hubungan dengan Allah melalui dzikir. Nasihat ulama ini memberi gambaran bahwa percuma menjadi orang alim jika tanpa ada ruh atau hubungan dengan Allah.
 
Pentingnya berdzikir setiap waktu untuk selalu berhubungan dengan Allah. Tak perlu panjang-panjang karena dari sedikit nasehat ulama ini banyak yang bisa kita ambil. Sebagian besar nasehat-nasehat tersebut berbicara tentang ilmu, alim, ulama, dan hadis.
 
Hal ini bisa dilihat karena beliau adalah seorang ulama yang benar-benar cinta akan ilmu dan sangat mendalami dunia keilmuan terutama ilmu hadis sebagai salah satu ilmu yang mendasari hukum-hukum dalam Islam.
 
Semoga dari sedikit nasehat ulama ini dapat membuat kita tergerak dan semakin bersemangat dalam menuntut ilmu seperti halnya Imam Syafi’i yang sangat cinta dan selalu haus dengan ilmu.

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk "Meneladani Wasiat Nasehat Ulama: Imam Syafi'i"