Prinsip Manajemen Masjid
Kalau kita mendengar kata manajemen, bayangan kita pasti tertuju kepada sebuah perusahaan. Padahal yang dimaksud manajemen adalah pengelolaan yang baik, benar, terencana, terukur dan dapat dipertanggung-jawabkan, termasuk manajemen Masjid.
Masjid merupakan sebuah bangunan yang menjadi tempat ibadah bagi umat Muslim. Artinya, Masjid adalah tempat sujud. Masjid kecil disebut mushola, langgar atau surau. Lantas, mengapa masjid membutuhkan manajemen?
Karena, Masjid laksana sebuah rumah yang perlu dijaga, dirawat, dikelola, dan diorganisir dengan baik supaya umat Muslim bisa melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk.
Coba kalau Masjid dibiarkan begitu saja, air tempat wudhu kotor, lantainya tidak dibersihkan, dan tamannya ditumbuhi rumput liar. Bukankah kebersihan sebagian dari iman?
Prinsip Manajemen Masjid
Prinsip manajemen Masjid adalah melaksanakan syariat agama sembari berpikir bagaimana Masjid memiliki daya tarik bagi umat untuk beribadah secara berjamaah.
Kita tahu, Masjid sekarang cenderung sepi. Ramainya hanya hari-hari tertentu seperti shalat Jumat, shalat tarawih di bulan Ramadhan, shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha.
Masjid-masjid besar di Indonesia atau di seluruh penjuru dunia bahkan berfungsi sebagai tempat tujuan wisata rohani. Tidak usah jauh-jauh, di Bandung misalnya Masjid Raya kadang tampak laiknya pasar kaget yang menjual banyak makanan.
Anak-anak berlari di taman alun-alun, orang-orang bersenda gurau, sebagian melepas lelah, sebagian lagi antri di barisan lift menuju tower dan tiketnya cukup terjangkau, dan terkadang sepasang remaja asyik mojok berduaan di teras masjid.
Jangan dikira semua itu tidak ada yang mengawasi. Masjid-masjid besar dilengkapi dengan kamera CCTV untuk memantau gerak-gerik serta aktivitas umat.
Hal ini perlu manajerial sendiri supaya Masjid aman dan terhindar dari gangguan kejahatan semisal transaksi barang terlarang di area masjid. Kita tidak pernah tahu apa pun yang akan terjadi, yang kita tahu hanya mengantisipasinya.
Selain itu, makna shalat menghadap kiblat arah ka'bah bermaksud menunjukkan bahwa umat Muslim di seluruh dunia adalah bersaudara, walaupun berbeda-beda bangsa dan Negara. Perbedaan ini perlu dikelola dan ditolerir agar tidak ada perpecahan di dalam persaudaraan umat Muslim.
Fungsi dan Tujuan Masjid
1. Tempat untuk sembahyang atau sholat. Termasuk shalat jenazah, shalat Jumat, shalat-shalat sunnah lainnya seperti shalat gerhana matahari dan gerhana bulan.
2. Tempat pelayanan masyarakat muslim secara umum seperti pembayaran zakat, penyaluran infaq, sedekah.
3. Pusat pengajian untuk mendidik generasi muda khususnya anak-anak agar mengenal Islam. Pengajian rutin, mingguan, dan bulanan.
4. Masjid berfungsi sebagai kebutuhan sosial seperti pernikahan, dialog antar agama, bazar.
5. Masjid berfungsi sebagai tempat bertemunya budaya serta kepercayaan umat muslim.
6. Bahkan masjid di Kairo berfungsi sebagai madrasah dan rumah sakit.
7. Hal yang sama juga terjadi pada Masjid Nabawi yang juga pernah dipakai untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian ketika masa Rasulullah SAW.
8. Masjid merupakan nadi komunitas muslim.
9. Ruang shalat di dalam masjid tidak boleh ada kursi, meja, atau benda-benda lainnya supaya umat Muslim leluasa untuk beribadah.
10. Masjid modern zaman sekarang menyediakan fasilitas klinik, perpustakaan, tempat olahraga, taman yang indah dan wifi internet untuk browsing.
Sebagaimana kita ketahui dalam catatan sejarah, dahulu Masjid tidak sekadar berfungsi sebagai tempat beribadah saja. Namun, ia juga menjadi sentra kegiatan umat. Banyak hal yang bisa kita lakukan dan berdayakan dengan Masjid sebagai pusat aktivitasnya.
Jika kita melakukan hal tersebut, niscaya Masjid-masjid akan selalu ramai, tidak hanya dipenuhi oleh orang yang akan melakukan ibadah kepada Allah Swt., namun juga karena ramai sebagai pusat pelbagai aktivitas yang maslahat.
Masjid: Rumah Kedua Umat Islam
sumber gambar pixabay
Masjid adalah tempat beribadah umat Islam. Kata “masjid” sendiri berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna “tempat sujud”.
Sementara itu, mushola berarti “tempat shalat”. Perbedaan keduanya terletak pada ukuran, karena yang disebut mushola biasanya berukuran kecil dan tidak mampu menampung jamaah dalam jumlah besar.
Semasa Nabi Muhammad Saw., Masjid Nabawi dijadikan sebagai pusat pemerintahan bagi umat Islam. Pada masa itu Masjid Nabawi selain digunakan sebagai tempat shalat, juga sebagai tempat belajar kajian agama, belajar membaca Al-Quran, kegiatan militer dan kegiatan sosial lainnya.
Tiga masjid suci bagi umat Islam adalah Masjidil Haram (Mekah), Masjid Nabawi (Madinah), dan Masjidil Aqsha (Yerusalem).
Masjidil Haram
Masjidil Haram, yang mengelilingi Ka’bah, adalah pusat spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia. Ka’bah sendiri pada awalnya dibangun oleh Nabi Adam (as), yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim (as) dan Nabi Ismail (as).
Meskipun usianya sangat tua, Masjidil Haram selalu tampak indah karena terus direnovasi. Pada saat Khalifah Umar berkuasa pada tahun 638 M, masjid ini diperluas.
Khalifah Utsman bin Affan juga memperluasnya kembali pada tahun 647 M. Keberadaannya mengandung makna sejarah dan keagungan yang tak tergantikan.
Masjid Nabawi
Masjid Nabawi merupakan masjid kedua yang didirikan oleh Rasulullah Muhammad Saw. Dalam perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah, Rasulullah beserta kaum Muhajirin sempat membangun Masjid Quba di bekas tempat penjemuran kurma milik Sahl dan Suhail bin Amr yang yatim.
Tempat itu dibeli oleh Rasulullah Saw. Masjid tersebut didirikan dengan sederhana dari batu bata dan tanah sementara atapnya dibuat dari pelepah daun kurma.
Masjidil Aqsha
Masjidil Aqsha, dalam bahasa Arab berarti “masjid terjauh,” adalah tempat yang mengandung sejarah dan spiritualitas yang mendalam. Di malam Isra’ Mi’raj, Rasulullah Saw. mengunjungi masjid ini. Terletak di Yerusalem Timur, tempat ini memiliki makna khusus bagi tiga agama besar: Islam, Yahudi, dan Kristen.
Pada lokasi ini, terdapat Serambi Solomo, yang disucikan oleh bangsa Yahudi, dan sebuah gereja yang disucikan oleh umat Kristen.
Meskipun beberapa kali rusak akibat gempa, Masjidil Aqsha selalu dibangun kembali oleh pemerintah Islam yang berkuasa. Keberadaannya mengingatkan kita akan pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan keyakinan.
Adab Masuk Masjid
Berikut adalah beberapa hal yang patut diperhatikan ketika masuk masjid, antara lain:
1. Datang dengan keadaan bersih dan berwudhu.
2. Memasuki masjid dengan kaki kanan.
3. Langsung menunaikan Shalat Tahiyatul Masjid 2 rakaat.
4. Kurangi ngobrol. Lebih baik berdzikir atau membaca Al-Quran.
5. Menjaga kesucian masjid dari najis dan berbagai kotoran lainnya.
6. Menjaga ketenangan dalam masjid.
Demikianlah ulasan singkat tentang Prinsip Manajemen Masjid, semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk " Prinsip Manajemen Masjid "