Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Isi Kitab Kuning dan Tantangan untuk Menguasainya

 

 image by java eksotika on flickr.com

Pernahkah Anda mendengar istilah kitab kuning? Kitab tersebut saat ini akrab ditemui di lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren atau madrasah dan menjadi salah satu buku teks yang dijadikan bahan ajar. 

Isi kitab kuning memang lebih banyak mengupas tentang persoalan-persoalan yang ada dalam ajaran Islam, termasuk mengupas fikih, akidah, tata bahasa arab, hadits, hingga ushul fikih. 

Tidak hanya itu, dalam sebagian isi kitab kuning juga ada yang membahas tentang ilmu sastra sampai cerita atau hikayat. Dan, unsur dongeng pun kadang terselip di antara kitab kuning yang berisi cerita.
 
Disebut kitab kuning karena ditulis atau dicetak pada lembaran kertas yang berwarna kuning. Tulisannya memakai huruf arab gundul tanpa penambahan harakat. 

Sehingga, orang yang mau mendalami isi kitab kuning memang sebaiknya menguasai dahulu bahasa arab agar benar dalam menginterpretasi makna di dalamnya.
 
Kalau dilihat zaman sekarang, kertas yang dipakai untuk kitab kuning mungkin terlihat kuno. Tapi jangan salah, dahulu warna kertas yang kuning ini memiliki kualitas terbaik di zamannya. 

Sekalipun dicetak dengan cara dan tata letak yang sederhana, kitab kuning adalah salah satu kitab yang banyak dicari. Memang kalau dilihat di zaman sekarang, cenderung monoton dan tidak nyaman dibaca.
 
Mencari kitab kuning masih mudah ditemukan hingga saat ini. Biasanya kitab ini dijual di toko buku Islam. Soal banderol, kitab kuning bisa didapatkan dengan harga sangat terjangkau dan murah. 

Tiap buku kadang hanya sekitar Rp 5.000 –  Rp10.000. Patokan harga biasanya didasarkan pada tebal tipisnya buku. Sekalipun kuning ini tergolong tidak tebal, namun dari sisi keilmuan yang dibahas tidak dapat diremehkan. 

Apalagi jika penulisnya adalah para ulama yang sudah mumpuni, harga buku sangat tidak sebanding dengan manfaat yang diterima bagi orang yang mempelajarinya.
 
Kitab-kitab kuning yang ada saat ini kebanyakan adalah tulisan ilmiah yang dibuat para ulama zaman dahulu. Salah satu yang cukup populer adalah kitab-kitab yang membahas tentang fiqih. 

Kitab tersebut adalah kesimpulan kodifikasi dan istinbath hukum dengan mengambil rujukan utama berdasarkan Al Quran dan As Sunnah. Kitab-kitab fikih ini masih dipakai sebagai rujukan bagi para pelajar, termasuk santri, yang ingin mendalami ilmu fiqih.
 
Urgensi mempelajari ilmu fiqih dari kitab-kitab kuning ini agar seseorang menjadi paham tentang manfaat Al Quran dan As Sunnah. Sebab, ilmu fiqih menjadi salah satu ilmu yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan hukum dari kedua sumber hukum tertinggi dalam agama Islam. 

Dan, dengan ilmu fikih ini pula, seseorang menjadi tidak bisa asal-asalan memberikan status hukum terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan agama Islam.
 
Pasalnya, dia harus menguasai kaidah-kaidah fikih yang diperlukan dan tidak asal comot ayat atau hadits untuk dipakai melegalkan suatu tindakan.

Oleh karena itu, isi kitab kuning menjadi sangat berharga dan fleksibel untuk dipelajari kapan pun tanpa memandang perkembangan zaman yang semakin maju. Bisa dikatakan, salah satu cara untuk memahami Al Quran dan As Sunnah yaitu mempelajari penjelasannya melalui tulisan para ulama yang banyak dicetak dalam kitab kuning,
 
Hanya saja, semua kitab kuning tidak lantas bisa dijadikan rujukan ilmu pengetahuan dan agama. Sebagian kecil dari kitab kuning memiliki muatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. 

Pasalnya, ditemukan pula satu atau dua kasus sebuah kitab kuning berisi mengenai mujarobat, tentang ramalan-ramalan, doa dan amalan yang tidak ada tuntunannya dalam Islam, cerita karangan yang diadaptasi dari cerita-cerita kaum Bani Israil, dan sebagainya.
 
Kitab-kitab kuning seperti ini tidak bisa dijadikan bahan untuk rujukan belajar Islam. Masalahnya, tema-tema yang tidak sesuai Islam tersebut juga dicetak dengan format sama seperti kitab kuning lainnya. 

Walhasil jika menganggap yg tertulis dalam kitab kuning itu sama semua kualitasnya, dikhawatir akan memahami Islam dengan jalan yang salah. Di sinilah salah satu pentingnya menguasai bahasa arab gundul agar bisa menyeleksi kitab kuning yang dapat dijadikan rujukan belajar Islam.

Tantangan Memahami Kitab Kuning

Meskipun banyak kitab kuning yang berisi karya besar para ulama, jangan lantas mengartikan bahwa kitab kuning menjadi bagian dari ilmu Islam. Sejatinya, kitab kuning adalah jenis pencetakan buku yang memakai kertas berwarna kuning. 

Soal kualitas materi yang disajikan dalam kitab tersebut, tetap memerlukan telaah dari orang-orang yang punya kapabilitas menjelaskan, misalnya ustadz atau ulama. 

Dan, pengkajian kitab kuning biasanya akan melibatkan orang yang paham materi di dalamnya dan disampaikan dalam sebuah jamaah. Kitab kuning baru diketahui kemanfaatan dan kebenarannya setelah dilakukan pengkajian seperti ini.
 
Kitab kuning saat ini menjadi bacaan wajib bagi kalangan santri pondok pesantren dalam memperdalam bahasa arab, sekaligus belajar agama.
 
Sebagai pemula, membaca kitab kuning bukanlah hal yang mudah. Sebab, pembaca kitab ini harus bisa menginterpretasikan kalimat yang tertulis dengan huruf arab gundul. 

Artinya, kata demi kata harus bisa dibaca dan perpaduan kata dalam kalimat harus mampu dipahami secara utuh. Perlu konsistensi untuk bisa menguasai bacaan dalam kitab kuning. 

Tantangan yang dihadapi untuk bisa memahami kitab kuning di antaranya sebagai berikut:
 
1. Kosakata bahasa arab yang dipakai dalam kitab kuning adalah tipe klasik. Tipe ini cukup berbeda dengan kosakata dalam bahasa arab modern. 

Bahkan, banyak kosakata dari kitab kuning yang tidak lagi diadaptasi dalam bahasa arab modern. Format kata telah berubah meskipun ada kata yang memiliki akar kata yang sama.
 
2. Kalau membaca kitab kuning, tidak akan ditemui tanda baca di sana. Koma, titik, titik dua, titik koma, dan sebagainya hanya ada dalam bahasa arab modern. 

Santri yang terbiasa dengan bahasa arab modern mungkin agak kesulitan ketika disodori kalimat dalam kitab kuning klasik, terutama berhubungan dengan penentuan struktur i’rab.
 
3. Membaca kitab kuning mesti bisa memenggal sendiri tempat berhentinya kalimat. Sebab, selain tanpa tanda baca, kalimat yang tertulis juga biasanya terlalu panjang. Ini agak menyulitkan bagi pembaca pemula.
 
4. Satu lagi yang mungkin membuat bingung. Dalam kitab kuning, terutama pada pembahasan kasus hukum, seringkali tidak terstruktur dengan baik. Kitab ini tidak terbagi menjadi sub judul, sub-sub judul, dan struktur lainnya. 

Pembaca sangat dimungkinkan bingung dalam memilih pembahasan hukum dan rincian pemecahan kasus hukum yang dibahas. Perbedaan struktur ini berbeda dengan kitab berbahasa arab modern yang rata-rata sudah menerapkan struktur buku yang lebih baik.
 
Meskipun tantangan ini tidak mudah ditaklukkan, bukan berarti menguasai kitab kuning jauh dari keberhasilan. Justru para santri pondok pesantren menjadi generasi penerus yang mampu membaca dan memahami kitab tersebut yang sebagian besar hasil buah pikiran ulama masa lalu. 

Sampai saat ini santri di berbagai pelosok tanah air masih banyak yang diwajibkan untuk bisa membaca kitab kuning. Mereka ada yang belajar dengan sistem sorogan maupun kolektif. Inilah yang kemudian budaya memahami isi kitab kuning masih lestari sampai sekarang.

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk "Isi Kitab Kuning dan Tantangan untuk Menguasainya"