2 Jenis Tanda Kebesaran Allah Subhanahu Wata'ala
Dalam keyakinan agama Islam, tanda atau ciri kebesaran Allah (ayat) itu dibagi dalam 2 golongan besar. Yang pertama adalah ayat yang tertulis atau Ayat Qauliah yang tertuang dalam Al Quran dan termasuk juga Hadits.
Kedua, adalah ayat yang tidak tertulis akan tetapi dapat kita rasakan, kita pegang ataupun kita lihat di sekeliling kita, inilah yang disebut Ayat Kauniyah.
Bagi pemeluk Islam, kedua ayat tanda kebesaran Allah itu wajib hukumnya dipelajari. Dipelajari disini artinya, mengawali proses untuk mengerti.
Dengan kata lain, yang menjadi wajibnya adalah proses menuju mengerti atau memahaminya. Sementara hasil dari proses mengerti dan memahaminya tersebut menjadi hak Allah untuk menentukan.
Dalil Kewajiban Mengenal Kebesaran Allah
Kewajiban untuk mempelajari segala bentuk kebesaran Allah tercantum dalam surat pertama dalam Al Quran yang diawali dengan kata Iqra’ (bacalah).
Berikut kutipan ayat lengkapnya dalam Surat Al Alaq:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena Dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembalimu)..."
Ayat Allah Qauliyah
Al Quran merupakan ayat Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan di gua Hira.
Masyarakat Indonesia kerap memperingatinya dengan sebutan Malam Nuzulul Quran (malam turunnya Al Quran) pada setiap bulan Ramadhan.
Al Quran adalah mukjizat dan tanda kebesaran Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. Mengapa disebut sebagai tanda kebesaran Allah Ta’ala?
Berikut ini adalah alasan – alasannya, yaitu:
1. Banyak ahli bahasa menyebutkan bahwa bahasa dalam Al Quran itu berbeda dengan bahasa Arab pada umumnya, paling tidak dilihat dari gaya bahasa yang tersirat dalam Al Quran.
2. Al Quran dijamin kebenarannya oleh Allah sendiri. Ayat Al Quran tidak mungkin bisa dipalsukan, dirubah atau ditambah ayat-ayatnya. Pernah ada beberapa pihak yang mencoba merubah ayat Al Quran, tetapi dengan seizin Allah selalu bisa ditemukan kejanggalannya.
3. Di dalam Al Quran terkandung kebenaran Ilahi, ke Maha PerkasaanNya, Kasih SayangNya dan banyak lagi.
4. Al Quran disebut sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW.
5. Siapapun yang mencoba menghafal Al Quran, akan dimudahkan untuk hafal oleh Allah dan sulit dilupakan, siapapun yang membacanya atau bahkan hanya mendengarkan lantunan bacaan Al Quran, akan mendapat pahala.
Alasan-alasan diatas hanyalah segelintir mukjizat yang bisa ditemukan oleh para ahli hingga saat ini. Masih banyak lagi mukjizat Al Quran lainnya yang belum terungkap. Subhanallah Maha Besar Allah.
Ayat Allah Kauniah
Setelah membahas tentang ayat-ayat Qauliyah dari sisi al-Qur’an, sekarang kita pelajari ayat-ayat kauniyahnya.
Ada dua ayat kauniah yang penting diperhatikan menurut al-Qur’an, yaitu :
1. Alam Semesta
Semua yang ada di alam semesta ini selain Al Quran adalah ayat Allah Kauniah. Adanya semesta raya adalah bukti dari kebesaran Allah. Teknologi secanggih apapun buatan manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan alam semesta.
Alam semesta yang memiliki luas tak terbayangkan ini, merupakan kumpulan dari ribuan galaksi, jutaan planet dan milyaran bintang – bintang.
Jangankan membuat galaksi atau bintang, manusia tidak mampu untuk membuat debu angkasa sekalipun. Jika dibuat perbandingan, bumi hanyalah sebesar kelereng jika dibandingkan matahari.
Namun matahari hanya sebesar debu jika dibandingkan dengan ukuran bintang terbesar yang diketahui manusia. Bandingkan ukuran manusia dengan ukuran bintang terbesar, maka dapat diperkirakan betapa Maha Besarnya Allah dalam menciptakan alam semesta.
Dengan bintang Antarex misalnya, jika matahari itu adalah kelereng, maka Antarex adalah bola basket, dan masih banyak lagi bintang-bintang yang ukurannya jauh lebih besar dari Antares.
Belum lagi kalau kita mengingat bagaimana benda-benda langit itu bisa beredar presisi pada orbitnya masing-masing tanpa bertabrakan kecuali Allah menghendakinya.
Bayangkan pula dengan benda-benda langit yang sedemikian besar dan berjumlah banyak, maka seluas apakah langit atau angkasa raya ini?
Itu jika kita bicara benda-benda langit, kita belum bicara benda-benda yang ada di sekitar kita, baik yang ada di permukaan bumi, maupun yang ada di perut bumi.
- Siapa yang akan mampu membuat gunung dengan ekosistemnya?
- Siapa yang mampu membuat laut dengan segala isinya?
- Siapa yang menggerakkan angin?
- Siapa yang menggerakkan bumi berputar secara konstan pada garis edarnya?
- Siapa yang menjadikan siang dan malam akibat dari perputaran bumi?
- Sungguh banyak kebesaran Allah disekitar kita yang tanpa kita sadari.
2. Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
Tujuan Allah menciptakan manusia di bumi adalah untuk menjadi khalifah di bumi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di muka bumi ini seorang khalifah (pemakmur/penanggung jawab yang akan mengolah, memanfaatkan, memakmurkan bumi dengan segala aktivitasnya)” (Qs. Al Baqarah: 30).
Dari ayat di atas, tentu menimbulkan pemikiran, apakah Allah tidak sanggup mengelola bumi sehingga harus menciptakan makhluk yang bernama manusia untuk mengurusnya?
Tentu saja, logikanya tidak seperti itu. Justru dengan keberadaan manusia, Allah ingin menunjukan kebesaran-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya yang lain selain manusia, bahwa sesungguhnya manusia mampu menjadi khalifah karena manusia memiliki sebagian dari sifat-sifat Allah sendiri.
Dari awal penciptaan manusia saja, sudah banyak mengandung tanda kebesaran-Nya. Allah hanya berucap “Kun”, maka jadilah (Kun Fayakun). Nabi Adam As merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah Ta’ala.
Diciptakan pertama dari segumpal tanah lalu ditiupkan ruh ke dalamnya. Adam ada tanpa dilahirkan, demikian juga dengan Siti Hawa sebagai pendamping Nabi Adam AS.
Kemudian dari Beliau berdua inilah kemudian lahir milyaran manusia di bumi seperti saat ini. Hanya Adam dan Hawa yang keberadaannya tidak dilahirkan.
Proses kelahiran dari mulai pembuahan sel telur wanita oleh sperma laki-laki juga menunjukan kebesaran-Nya. Siklus kehidupan yang berulang secara terus menerus, mulai dari proses penyeleksian indung telur terhadap jutaan sperma padahal yang diterima hanya sebuah sperma saja.
Setelah itu proses pertumbuhan janin, ditiupkan ruh ke dalamnya dan kemudian perkembangan bayi dalam rahim wanita (ibu).
Dan dengan presisi, Allah menentukan saat-saat kelahirannya, kemudian manusia terus tumbuh menjadi manusia dewasa, menikah dan lalu kembali melahirkan keturunannya. Semua ini hanya bisa terjadi atas ijin Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Manusia diciptakan hanya untuk beribadah
"Wama kholaqtul Jinna Wal Insa Illa Liya’budun" (Tidak Aku ciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah) (QS. Adz –Dzariyat: 56 ).
Dari keterangan ayat di atas, jelas sudah tugas manusia di muka bumi ini adalah ibadah kepada Allah. Lalu apa yang dimaksud ibadah? Apakah hanya menjalankan sholat saja? Tentu tidak.
Ibadah dibagi dua, ibadah Mahdhah (Ibadah kepada sesama manusia) dan ibadah Ghoiru Mahdhoh (ibadah yang langsung kepada Allah seperti shalat, berhaji dan puasa).
Melakukan segala aktivitas sesuai dengan tuntunan agama termasuk ibadah. Manusia diberi kecerdasan yang lebih dibanding makhluk lainnya. Dengan kecerdasan otaknya, manusia bisa mengembangkan teknologi, demi kepentingan kehidupannya yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi yang lainnya.
Dengan fisiknya yang sempurna fii ahsani taqwim (sebagus-bagusnya bentuk), manusia menjadi tanda kebesaran Allah di muka bumi ini, karena mampu mengerjakan berbagai kegiatan yang tidak mungkin dilakukan makhluk lainnya.
Posting Komentar untuk "2 Jenis Tanda Kebesaran Allah Subhanahu Wata'ala"