Sejarah Islam – Perkembangan Islam di Spanyol
Saat ini, pemeluk agama Islam telah tersebar di seluruh benua, termasuk benua Eropa yang merupakan rumah bagi peradaban Barat. Hampir di setiap negara Eropa terdapat komunitas muslim, walaupun secara jumlah boleh dibilang minoritas.
Sejarah Islam di Eropa sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam di Spanyol karena negeri di semenanjung Iberia itu adalah gerbang tempat masuk Islam pertama kalinya ke benua Eropa.
Sejarah Islam di Spanyol bermula pada masa kekhalifahan Islam dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus, Suriah, dan memiliki wilayah kekuasaan hingga menjangkau Afrika Utara, tetangga Eropa di bagian selatan.
Pada abad ke-8 Masehi, tepatnya 711 M, seorang jenderal dari kekhalifahan tersebut yang bernama Thariq bin Ziyad memimpin 7000 pasukan menyeberangi laut dari Afrika Utara ke pantai Spanyol.
Thariq mendarat di sebuah bukit yang kemudian dinamai Jabal Thariq (bukit Thariq) atau Gibraltar, nama yang juga diberikan untuk selat yang diseberanginya.
Setelah memenangi pertempuran dengan Raja Roderick dari kerajaan Visigothic yang menguasai wilayah itu, pasukan Thariq terus bergerak hingga menguasai kota-kota penting, yaitu Cordova, Granada, dan Toledo (ibukota Gothic).
Pada perkembangan selanjutnya, Islam terus meluas ke wilayah-wilayah lain, bahkan hampir memasuki Prancis, kalau saja tidak ditahan oleh pasukan Frank. Maka, hingga titik itu, Islam telah menguasai kawasan yang kemudian disebut Al-Andalus atau Andalusia, mencakup Spanyol, Portugal, dan Prancis selatan.
Sejarah Islam di Spanyol - Negeri Tiga Agama
Sebelum Islam masuk, Spanyol mengalami krisis dalam bidang politik, sosial, dan perekonomian. Para penguasa muslim lalu mengadakan perbaikan-perbaikan dan berhasil mengangkat kondisi rakyat Spanyol menjadi sejahtera.
Dakwah pun disebarkan, banyak di antara penduduk Spanyol yang kemudian memeluk Islam, namun tidak sedikit pula yang masih memeluk agama lama, karena mereka tidak dipaksa untuk berpindah agama.
Para sejarawan menuturkan bahwa pada masa pemerintahan Islam, di Spanyol hidup tiga agama besar, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Ketiga pemeluk agama-agama ini hidup berdampingan dengan rukun.
Situasi yang kondusif ini, yaitu kesejahteraan dan kerukunan umat beragama, telah mendorong lahirnya perkembangan pada kehidupan intelektual di Spanyol.
Di bidang filsafat, pada abad ke-12 M muncul seorang filosof muslim terkenal, yaitu Ibnu Rusyd (Averroes). Filsafatnya telah mengilhami Gerakan Pencerahan (Renaissance) di Eropa. Ia juga menulis buku fiqih yang dinamai Bidayah al-Mujtahid.
Selain itu, dalam bidang sains lahir juga banyak ilmuwan dalam bidang matematika, kedokteran, kimia, dan astronomi. Ibrahim bin Yahya an-Naqqash adalah seorang astronom yang berhasil menentukan kapan terjadinya gerhana matahari dan lamanya. Ia juga membuat sebuah teleskop yang dapat mengukur jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
Spanyol juga menjadi saksi atas lahirnya filosof sejarah yang dikenal dunia Barat dan Timur, yaitu Ibnu Khaldun. Pada masa itu dibangunlah Universitas Cordova, sebagai pesaing dari Universitas Baghdad yang terkenal sebagai lembaga pendidikan paling maju di dunia dengan koleksi ribuan buku di perpustakaan besarnya.
Seni bangunan pun berkembang baik. Jejak-jejak arsitektur Islami terlihat dalam peninggalan bangunan-bangunan megah era Spanyol Islam, di antaranya adalah Masjid Al-Hambra yang saat ini masih dapat kita lihat di Granada.
Spanyol Islam juga melahirkan banyak sastrawan dan ahli bahasa. Sebagai contoh adalah karya-karya sastra seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah karya Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan, dan sebagainya.
Sejarah Islam di Spanyol yang Berhubungan dengan Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah salah satu negara di benua Eropa yang sangat subur dan makmur. Masyarakat Islam di Spanyol adalah masyarakat yang kompleks karena terdiri atas berbagai komunitas seperti komunitas Arab, penduduk Spanyol yang masuk Islam (al-Muwalladun), dan orang Islam yang berasal dari Afrika bagian utara (Barbar).
Ada juga komunitas lainnya, yaitu penduduk di daerah sekitar Konstantinopel dan Bulgaria yang ditawan Jerman lalu dijual pada penguasa Muslim dengan status tentara bayaran (al-shaqalibah), komunitas Yahudi, komunitas Muzareb yang memiliki budaya Arab, dan umat Kristen yang saat itu masih menentang datangnya agama Islam.
Seluruh komunitas yang juga menjadi bagian dari sejarah Islam di spanyol ini melahirkan banyak intelektual dan juga membentuk sebuah lingkungan budaya Andalusia yang berhasil mendorong kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan modern di spanyol.
1. Filsafat
Sejarah Islam di Spanyol pun menjadi saksi lahirnya budaya yang begitu cemerlang terhadap sejarah Islam di dunia. Sejarah Islam di Spanyol sangat penting dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad kedua belas.
Ketertarikan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan sudah mulai berkembang pada abad kesembilan Masehi ketika berkuasanya penguasa Bani Umayyah yang kelima, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama yang dianggap penting dalam sejarah filsafat Arab - Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh atau lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah.
Tokoh terpenting kedua yaitu seorang penduduk dari Wadi Asa (sebuah desa kecil di bagian timur Granada) bernama Abu Bakr ibn Thufail. Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh wafat pada tahun 1185 Masehi.
Pada masa akhir abad kedua belas muncullah seorang bernama Rusyd dari Cordova yang merupakan pengikut Aristoteles. Rusyd adalah tokoh filsafat utama dalam Islam. Bisa dikatakan abad ke-12 ini adalah saksi dari kemunculan Rusdy sebagai seorang pengikut Aristoteles.
Pada abad ini juga buku mengenai kedokteran karya Ibnu Sina (Avicenna) berjudul Al-Qanun diterjemahkan. Satu abad setelah itu, diterjemahkan juga buku karya Razi berjudul Al-Hawi yang lebih tebal dan lebih luas daripada buku AL-Qanun karya Ibnu Sina.
2. Musik dan Kesenian
Dalam bidang seni suara dan seni musik, sejarah Islam di Spanyol mencapai zaman keemasan yang ditandai dengan lahirnya tokoh bernama Al-Hasan ibn Nafi atau dijuluki Zaryab.
Pada saat diadakannya berbagai pertemuan dan jamuan, Zaryab, julukan dari Al-Hasan ibn Nafi, selalu tampil memperlihatkan keahliannya. Zaryab juga dikenal sebagai seniman pengubah lagu dan ilmunya ini kemudian ditularkan pada semua anaknya serta kepada pada budak sehingga ia dikenal luas.
Keruntuhan Sejarah Islam di Spanyol
Akibat dari serangan kerajaan – kerajaan kristen di sekitarnya, wilayah kekuasaan Islam semakin menyempit.
Pada abad ke-15, wilayah Islam tinggallah Granada. Di sana, umat Islam berhasil membangun kembali kejayaannya dan sempat mendirikan Universitas Granada dan Masjid Al-Hambra.
Namun, kejayaan sejarah Islam di Spanyol itu tidak bertahan lama. Di tangan pasukan Raja Ferdinand, pada 1492 M kesultanan Islam runtuh. Momen ini menandai berakhirnya periode sejarah Islam di Spanyol.
Lalu, apa faktor penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol? Berikut faktor penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol, antara lain:
- Tidak adanya sebuah ideologi pemersatu umat Islam saat itu.
- Munculnya masalah ekonomi.
- Tidak Jelas dan transparannya sistem peralihan kekuasaan.
- Adanya unsur keterpencilan.
Selain faktor-faktor di atas, ada juga faktor lainnya yang mengakibatkan terjadinya kemunduran kebudayaan dalam Islam di Spanyol, yaitu sebagai berikut:
- Munculnya kelemahan di bidang politik.
- Bermunculannya orang-orang Moghul.
- Munculnya unsur-unsur berbau Turki.
- Ditemukannya mesiu.
Itulah sejarah Islam di Spanyol yang sangat panjang hingga akhirnya terjadi kehancuran Islam di Spanyol.
Sejarah Islam dan Perkembangannya
Sejarah Islam adalah sejarah nabi Muhammad dan para pengikutnya. Nabi Muhammad adalah nabi terakhir dan terbesar di antara para nabi. Beliau adalah manusia sempurna, pemilik segala keutamaan.
Tugas Beliau pada dasarnya sama dengan para nabi sebelumnya seperti Adam, Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu untuk menyampaikan tauhid (keesaan tuhan).
Selama 23 tahun masa kenabiannya, Rasulullah Saw mendapatkan mukjizat yaitu Al Qur'an. Al Qur’an tersebut mampu dihafalkan dan ditulis oleh para sahabatnya. Nabi Muhammad Saw berdakwah kepada kaumnya di Makkah, mengajak mereka meninggalkan kesyirikan.
Sebenarnya Beliau tidak hanya menyampaikan dakwah tauhid saja. Apabila memperhatikan ayat-ayat yang turun di Madinah, Beliau juga sudah menyampaikan permasalahan ekonomi, sosial, politik, dan yang lainnya.
Meskipun ada sebagian dari mereka yang kemudian masuk Islam, Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya selalu dimusuhi bahkan diperangi oleh para pemimpin Quraisy.
Setelah masa 13 tahun berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya kemudian melakukan hijrah (berpindah) ke kota Madinah (sebelumnya dikenal sebagai Yatsrib) atas petunjuk dari Allah Subhanahu Wata’ala. Bersama kaum muslim Madinah (Anshar) dan kaum muslim Mekkah (Muhajirin), Muhammad mendirikan negara Islam di madinah.
Pada saat itu, lahir piagam Madinah yang merupakan perjanjian antara umat Islam dengan suku suku lain, termasuk suku yahudi, di Madinah. Perlu diketahui bahwa jumlah umat Islam di Madinah hanyalah sepertiga dari total penduduk Madinah.
Masa dua tahun setelah hijrah, kaum muslimin melakukan peperangan pertama mereka melawan kaum kafir Mekkah pada perang Badar yang ternyata dimenangkan oleh kaum muslimin. Tahun berikutnya, terjadi perang Uhud yang berakhir tanpa jelas siapa pemenangnya.
Pada masa 4 tahun berikutnya, Nabi Muhammad Saw melakukan Fathu (penaklukan) Makkah, dimana pada prosesnya tanpa ada pertumpahan darah sedikit pun. Sampai wafatnya, Beliau telah menguasai hampir seluruh semenanjung arabia.
Setelah nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah (pengganti) Rasulullah dalam bidang kenegaraan. Abu Bakar merupakan seorang sahabat yang paling dekat dengan nabi Muhammad Saw.
Beliau menjadi khalifah dengan nominasi dari Umar bin Khattab. Pada masa kepemimpinannya, Abu Bakar disibukkan dengan perang “riddah” memerangi para pemberontak.
Setelah kematiannya, Umar bin Khattab menjadi khalifah berikutnya. Disusul kemudian oleh Utsman bin Affan, lalu Ali bin Abi Thalib.
Keempat orang ini disebut sebagai Khulafaur Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk). Di bawah kepemimpinan mereka, kekuasaan kaum muslimin meluas sampai ke wilayah Persia dan Bizantium.
Setelah masa kepemimpinan mereka berakhir, kekhalifahan Islam mulai berubah dan menjadi dinasti-dinasti, seperti misalnya dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah, dan dinasti Utsmaniyah.
Kekhilafahan terus mengembangkan kekuasaannya sampai menguasai hampir dua pertiga daratan dunia. Kekhalifahan terus eksis hingga kekhalifahan terakhir di Turki diruntuhkan pada 1924.
Posting Komentar untuk "Sejarah Islam – Perkembangan Islam di Spanyol"