Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Islam: Kisah Nabi Musa As

Kisah Nabi Musa As
Image by freepik.com

Pernahkah orang tuamu bercerita tentang sejarah Nabi Musa? Ya, kisah seorang bayi yang dihanyutkan dan kemudian dirawat oleh istri Fir'aun.
 
Kisah tentang Nabi Musa ini sering kita jumpai. Pada buku – buku pelajaran tentang agama Islam seringkali termuat kisah – kisah para Nabi, seperti kisah Nabi Ibrahim As, Nabi Yusuf As dan juga termasuk kisah Nabi Musa As ini. 

Bahkan kisah tentang Nabi Musa ini juga sempat dibuat film layar lebarnya. Dalam tulisan ini, penulis memaparkan kisah Nabi Musa dan hikmahnya secara lengkap tapi singkat.

Kisah Kelahiran Nabi Musa

Tentunya, kisah masa kecil Nabi Musa menarik perhatian kalian, bukan? Musa, putra Imran, cucu Qahat, cicit Lawi, dan keturunan Ya’qub, dilahirkan oleh Yukabad.
 
Beliau merupakan bagian dari Bani Israil yang hidup di bawah tirani Fir’aun, seorang penguasa yang terkenal dengan kekejamannya dan tindakannya yang zalim.
 
Fir’aun selalu menjalankan negaranya dengan kekerasan dan kesewenang-wenangan. Rakyat Mesir harus hidup dalam bayang – bayang kesewenang – wenangan Firaun dan rasa takut setiap harinya.
Fir’aun yang tengah dimabuk kekuasaan dan bergelimang banyak harta mengukuhkan diri sebagai Tuhan yang patut disembah oleh rakyatnya.
 
Dalam kisah Nabi Musa disebutkan bahwa suatu hari, Fir’aun dikejutkan dengan ramalan seorang ahli nujum kerajaan yang mengatakan bahwa, akan terlahir bayi laki-laki dari Bani Israil yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan akan membinasakannya.
 
Firaun Pun murka, dikeluarkan perintah keji agar membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan di lingkungan kerajaan Mesir. Hal itu dilakukan agar Fir’aun terhindar dari ramalan ahli nujum tersebut.
 
Hampir setiap hari, pengawal dan tentara kerajaan masuk dari rumah ke rumah dan menyelidiki setiap perempuan yang hamil dan melahirkan.
 
Hal itu membuat Fir’aun merasa tenang karena wilayah kerajaannya telah bersih dan tidak ada bayi laki-laki yang masih hidup. Namun ia lupa akan kekuasaan Allah SWT yang tidak mampu dicegah ataupun dihalangi oleh apapun dan juga siapapun.
 
Dari sinilah kisah Nabi Musa dimulai. Di waktu yang bersamaan dengan Undang-undang yang melarang bayi laki-laki hidup, ibu Musa tengah mengandung dan sudah hampir melahirkan.
 
Dia sangat sedih mendengar peraturan Fir’aun, meskipun dia tidak tahu apakah anaknya berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
 
Untuk menghindari pengawal kerajaan, Yukabad terpaksa bersembunyi saja di rumahnya. Betapa terkejutnya manakala mengetahui bahwa bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki.
Kisah Nabi Musa di Istana Fir’aun
 
Ini merupakan kisah Nabi Musa tatkala sang ibu dilanda kepanikan yang luar biasa setelah mengetahui anaknya berjenis kelamin laki-laki. Di tengah kepanikannya, Yukabad berusaha sembunyi dari mata-mata yang selalu mengintai dari rumah ke rumah.
 
Namun ia yakin bahwa anaknya akan bisa bertahan hidup, dia berusaha menyelamatkan anaknya dari kekejaman Fir’aun.
 
Dari kisah tersebut, kita semakin yakin akan  kuasa Allah SWT, Musa kecil bisa bertahan hidup di tengah ketatnya penjagaan para pengawal dan tentara-tentara Fir’aun yang selalu mengawasi gerak-gerik rakyatnya.
 
Kemudian, Allah mewahyukan kepada Ibu Nabi Musa agar memasukkan  Musa kecil ke dalam peti dan menghanyutkan di Sungai Nil.
 
Dengan tenang, Yukabad mengikuti petunjuk Allah. Dimasukkan Nabi Musa kecil ke dalam peti. Dengan perasaan sedih ia menghanyutkan anaknya ke sungai. Dengan perasaan cemas, ia terus mengawasi aliran sungai yang membawa bayinya.
 
Peti itu terus meluncur mengikuti aliran sungai dan berhenti tepat di depan istana Raja Fir’aun. Ketika itu istri Firaun melihat peti tersebut dan segera berusaha untuk mengambilnya.

Betapa cemas hati Ibu Nabi Musa tatkala mengetahui anaknya berada di Istana. Dia merasa sangat merasa ketakutan karena merasa anaknya akan dibunuh oleh Fir’aun.
 
Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan. Istri Firaun yakni siti Asiyah, justru sangat senang dan sangat menyayangi Musa kecil. Musa kecil kemudian di tunjukkan kepada Fir’aun sambil digendongnya. Karena sang istri ingin mengasuh bayi tersebut, akhirnya Firaun pun menyetujuinya.

Kisah Nabi Musa dan Pengasuhnya

Alkisah, siti Asiyah yakni istri Firaun kemudian berusaha untuk mencari perempuan yang mau menyusui Musa kecil tersebut. Banyak perempuan-perempuan Mesir yang bersedia mengasuh dan menyusui Musa, namun Musa selalu menolak dan menangis dengan kerasnya.
 
Hingga akhirnya, Fir’aun mengutus pengawalnya untuk mencari perempuan yang bisa membuat bayinya mau menyusui.
 
Digendongnya Musa kesana kemari untuk mencari perempuan yang diinginkan Musa.Pada akhirnya mereka bertemu dengan seorang perempuan yang mau menyusui Musa kecil. Anehnya, Musa sangat antusias menyusu kepada perempuan itu.
 
Lalu siapakah perempuan itu? Sosok perempuan tersebut tidak lain adalah Yukabad, yakni ibu dari Nabi Musa sendiri. Melihat keanehan tersebut, Fir’aun penasaran kepada perempuan tersebut, dan dia pun bertanya tentang asal-usul Yukabad.
 
Dengan tegas, Yukabad menjawab pertanyaan Fir’aun, “saya adalah perempuan yang baik, pula baik susunya, karena itu setiap bayi suka sekali menyusu kepada saya”.
 
Sejak saat itu, Nabi Musa diasuh dan dipelihara oleh ibu kandungnya sendiri di dalam istana. Begitu hebatnya Allah SWT dalam menjaga Nabi Musa yang lahir di tengah kekuasaan raja yang dzalim.
Kisah Nabi Musa Keluar dari Mesir
 
Kisah Nabi Musa saat tumbuh dewasa di dalam istana Fir’aun. Musa tumbuh dengan cara asuh, pendidikan dan tradisi yang berlaku istana.
 
Namun Allah SWT menganugerahkan kelebihan-kelebihan dalam bidang apapun sebagai bekal menjalankan tugas kenabiannya kelak.
 
Seiring berjalannya waktu, Musa sadar bahwa ia hanyalah anak pungut yang artinya tidak setitik darah Fir’aun yang mengalir di tubuhnya dan dia tahu bahwa dia adalah keturunan Bani Israil yang tertindas dan dizalimi Fir’aun. Dalam hatinya ia berjanji, kelak akan melindungi dan membela kaumnya.
 
Dalam kisah yang ini menceritakan bahwa janji itu benar-benar terwujud. Alkisah, Musa tengah berjalan-jalan di sebuah lorong yang sepi.
 
Kemudian Nabi Musa mendapati dua orang yang sedang berkelahi, seorang diantaranya adalah Samiri yang berasal dari kaum Bani Israil, sedangkan orang satunya lagi adalah Far'un, yang merupakan salah seorang pengawal Fir’aun.
 
Melihat saudaranya teraniaya, Musa langsung memukul Fat’un hingga meninggal. Musa terkejut mengetahui pukulannya telah menyebabkan Fat’un meninggal, lalu dia memohon ampunan Allah SWT atas ketidaksengajaannya.
 
Kematian Fat’un tak pelak menjadi berita besar di penjuru istana, mereka mengira bahwa Bani Isra’il lah yang telah membunuh teman sendiri.  Karena itu, pihak istana memutuskan akan menangkap dan membunuh siapapun yang telah membunuh Fat’un.
 
Tak lama kemudian, orang-orang Fir’aun mulai mencurigai Musa sebagai pembunuh salah satu temannya, bahkan mereka berniat menangkap dan membunuh Musa. Berita itu didengar salah satu sahabat Musa, kemudian ia menasehati Musa agar secepatnya melarikan diri dan meninggalkan Mesir.

Kisah Nabi Musa dan Pernikahannya

Dalam kisah yang ini diceritakan tentang pelarian Nabi Musa keluar dari Mesir. Setelah berjalan delapan hari delapan malam, akhirnya Nabi Musa tiba di kota Madyan yang terletak di timur Jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestina. Karena lelah dan letih, Nabi Musa beristirahat di bawah pohon rindang sambil mengenang nasibnya.
 
Dia yang dulu anggota istana, kini harus menjadi buronan, dia tidak tahu harus kemana karena tak ada satupun yang ia kenal. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada segerombolan orang yang tengah mengantri air guna memberi minum ternaknya.
 
Tak jauh dari sumber mata air itu, nampak dua orang gadis tengah menunggu giliran mengambil air. Karena merasa kasihan kemudian Nabi Musa membantu keduanya mengambilkan air untuk mereka.
 
Atas jasanya tersebut, Nabi Musa mendapat undangan dari ayah sang gadis untuk datang ke rumahnya. Sebagai orang asing di negeri tersebut, Nabi Musa langsung menerima undangan gadis tersebut dengan senang hati. Nabi Musa diterima Syu’aib dengan ramah dan hormat.
 
Nabi Musa kemudian menceritakan dari mana dia berasal dan kenapa dia sampai ada di kota itu. Hal tersebut justru membuat keluarga gadis itu menerima Nabi Musa untuk tinggal di rumahnya. Karena kejujuran dan kebaikannya,
 
Nabi Musa dipekerjakan sebagai pembantu dalam mengurus rumah tangga dan peternakan. Hingga suatu hari orang tua gadis tersebut meminta Nabi Musa menjadi menantunya. Akhirnya, Nabi Musa menerima tawaran tersebut, dan  Nabi Musa menikah dengan Shafura, putri dari Syu’aib.

Kisah Nabi Musa Menerima Wahyu

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan Nabi Musa kembali ke Mesir hingga akhirnya menerima wahyu. Sepuluh tahun lamanya Nabi Musa berada di kota itu, tak terasa ia menyimpan rasa rindu kepada tanah kelahirannya.
 
Setelah meminta izin dari Nabi Syu'aib yakni mertuanya, akhirnya Nabi Musa memutuskan untuk membawa serta keluarganya kembali ke Mesir.
 
Ketika sampai di bukit “Tursina”, Nabi Musa tersesat dan merasa bingung jalan mana yang harus ia lewati. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sinar api yang menyala di atas lereng bukit, lalu dia minta izin pada istrinya untuk melihatnya.
 
Sesampainya di tempat api  yang menyala tersebut, dia mendengar seruan yang  datang dari pohon kayu di pinggir lembah, “Wahai Nabi Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kau berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilihmu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat akan Aku."
 
Ini adalah wahyu pertama yang Nabi Musa terima sebagai pertanda bahwa ia telah dipilih oleh Allah SWT sebagai seorang Rasul (utusan). Di atas bukit “Thur Sina” tersebut Nabi Musa diberikan dua buah mukjizat untuk menghadapi kezaliman raja Fir’aun.

Dari Kisah Nabi Musa mulai masih dalam kandungan hingga terlahir dalam keadaan selamat, merupakan tanda kasih sayang Allah kepada keluarga Nabi Musa.

Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari Kisah Nabi Musa di atas, di antaranya adalah :
 
1. Pertama, Allah SWT telah memberikan semacam ilham kepada ibu Nabi Musa yakni Yukabad untuk menghanyutkan anaknya ke sungai Nil.

2. Kedua, saat Allah menyampaikan kabar gembira bahwa pada ibunda Musa bahwa anaknya akan kembali ke pangkuannya.

3. Ketiga, ketika Allah SWT membuat Musa menolak wanita-wanita penyusu dan memilih ibundanya sendiri sebagai ibu susuannya.
 
Dari kisah Nabi Musa tatkala menghadapi pertikaian, dapat kita simpulkan bahwa membunuh orang kafir yang sudah memiliki ikatan dalam suatu perjanjian atau adat tidaklah diperbolehkan.
 
Hal ini bisa dilihat dari penyesalan yang ditunjukkan oleh Nabi Musa ketika secara tidak sadar ia telah membunuh seorang Qibthiya. Seketika beliau memohon ampun dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas perbuatannya tersebut.
 
Dalam kisah Nabi Musa terdapat suatu pilihan yang manis,  yakni agar kita selalu meminta petunjuk kepada Allah SWT atas apapun yang membuat hati kita bimbang dan ragu. Mohonlah petunjuk kepada Allah agar dibimbing dalam menentukan antara keputusan yang terbaik.

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk " Sejarah Islam: Kisah Nabi Musa As"